Bagian Dua: Elegi Patah Hati

Mungkin suatu kali nanti akan ada cerita tentang kau dan aku yang kita akhiri dengan lebih indah. Suatu cerita di mana Sang Penulis mengisahkan aku sebagai bintang dan kau sebagai cahayanya.

Mungkin suatu kali nanti akan ada beberapa bait puisi tentang kau dan aku yang bisa kita maknai dengan lebih indah. Sebait di mana Sang Penulis mengisahkan aku sebagai huruf vokal dan aku sebagai konsonan biar kita bisa saling melengkapkan sebagai sebait makna, sebagai bunyi.

Mungkin suatu kali akan ada sebuah lagu yang bercerita


tentang kau dan aku. Di mana di dalamnya aku adalah melodi dan kau adalah suara. Biar aku bisa mengiringimu hingga akhir titinada, menyatu dalam iramanya.

Mungkin suatu kali akan ada sebuah lukisan yang berkisah tentang kau dan aku, di mana Sang Seniman melukiskan aku sebagai sungai dan kau sebagai perahu kertas. Biar aku bisa membawamu hingga laut tempat mu bermuara, atau paling tidak lipatan mu melebur dan menyatu bersamaku.


Mungkin suatu saat kau akan menjawab tanyaku tentang rindu padamu. Di kehidupan yang lain saat aku terlahir sebagai musim dan kau sebagai angin. Tak peduli berapa kali aku berganti selama setahun, menjadi hangat, panas, lembab, lalu dingin. Tapi di sana tetap ada kau dan tetap sebagai angin musim.

Atau juga di panorama yang lain saat Tuhan menciptakan aku sebagai langit sore dan kau adalah garis pantai. Saat aku berpamitan dan kau akan menungguku dengan tenang hingga esok hari.

Atau mungkin saat aku terlahir sebagai awan dan kau sebagai hujan. Biar nanti aku bisa mendekapmu hingga tak mampu sampai kau jatuh menghempas tanah yang kemarau, lalu kau akan kembali lagi ke dekapanku.

Mungkin di kehidupan yang lain saat aku terlahir sebagai tanah dan kau terlahir sebagai dedaunan hijau. Biar ketika kau gugur, akan ada aku yang menahanmu dan akan melebur menjadi bagian dariku memberi hidup bagi dedaunan hijau yang lain.

Di kehidupan yang lain di saat aku tidak terlahir sebagai bumi dan kau tidak terlahir sebagai langit. Aku berputar 24 jam sehari dan 365 hari dalam setahun hingga mengelilingi semesta dan pusatnya, tapi tak pernah bisa genggamanku sampai ke tanganmu. Kecuali jika Sang Pemilik waktu memperbolehkan tiang penyanggamu runtuh dan kau jatuh padaku.

2 comments: