Di matamu Ada Jejak yang Belum Kering Bekas Kemarin

Siapa yang pantas mengelapnya?

Di Alfamart

Pintu itu aku dorong
Jadinya terbuka (dong)
Langsung masuk aku ke sana
Ke dalam
Ke bagian minuman kalengan
Minuman yang dikalengkan
Diraih olehku sekaleng minuman yang manis
Manis isinya, bukan kalengnya

"4.500 rupiah, Mas"
Keluar dari kantongku selembar lima ribu
"Kembaliannya, Mas"
Sembari mbak penjaga counter menyerahkan lima ratus perak

"Terimakasih, Mbak. Oh iya, rindu yang saya kasih kemarin nggak mau sekalian dikembalikan?"

#FF2in1 5/10/2012 - Seribu Hari

Bagaimana aku bisa melupakanmu sedangkan kita pernah punya janji untuk saling merindukan dan tidak menyalahkan jarak dan waktu? Sayang, rindu kita terlalu besar untuk diganggu oleh hal sekecil-kecil itu. Aku telah merindukanmu lebih dari seribu hari, dan aku siap merindukanmu lebih lama lagi.

Bagaimana aku bisa meninggalkanmu sedangkan kita masih punya janji untuk saling mengisi dan tidak menyalahkan kilometer dan hari? Sayang, rasa kita terlalu dalam untuk ditenggelamkan oleh hal sedangkal itu. Aku telah merindukanmu lebih dari seribu hari, dan siap merindukanmu lebih lama lagi.

Bagaimana aku bisa tidak memedulikan sedangkan kita punya janji yang masih disimpan dan tidak pernah menyalahkan perpisahan? Bukankah dengan begini kita jadi bisa menikmati rindu lebih lama dan pertemuan akan jadi lebih istimewa? Sayang, aku telah merindukanmu lebih dari seribu hari, dan siap merindukanmu lebih lama lagi.

Kita tidak usah menjadi mereka yang selalu ingin membunuh jarak dan waktu, sebab dengan begitu rindu tidak akan pernah terobati, malah akan mati dan tidak akan pernah tumbuh lagi.
Barangkali kita cuma perlu menunggu sedikit lebih lama lagi, barangkali seribu hari.

Bagaimana kita bisa saling melupakan sedangkan masing-masing dari kita telah sepakat untuk memugar kenangan yang pernah kita ciptakan? Seribu hari lagi, Sayang. Lalu kenangan itu kembali kita hidupkan. Seribu hari lagi, cuma seribu hari. Kita telah saling merindukan selama seribu hari, dan siap merindukan lebih lama lagi.

Tiba-tiba detak jam dinding di kamarku berhenti.

#FF2in1 5/10/2012 - Meja Paling Kanan dekat Pintu Masuk

Aku selalu suka makan di warung soto ini walaupun rasa soto ayamnya tidak begitu istimewa. Biasanya aku datang sendirian lalu langsung duduk di meja paling kanan dekat pintu masuk, aku akui cuma di sana aku ingin duduk. Saking ngototnya, tidak jarang aku menunggu dulu hingga tiga puluh menit jika meja itu ada yang mengisi.
Sebab, Kawan. Dari meja ini aku bisa melihat wajahnya lebih dekat dan mendengar suaranya lebih jelas.

Aku lupa sejak kapan kebiasaan ini kulakoni. Seingatku setiap malam minggu, Aku selalu datang ke sini dan selalu datang sendiri. Kau tidak usah heran, Kawan. Inilah caraku malam Mingguan. Dengan duduk di meja paling kanan dekat pintu masuk, sebab di sanalah dia biasa mengamen.

Orang bilang cinta bisa datang dari mana saja dan pada siapa saja, barangkali inilah cara cinta mendatangiku, mendatangi kami.

"Ah, lihat! Dia mulai bernyanyi. Lekas! Setel perekam suara di handphone lalu taruh di sudut meja! Ini lagunya ke dua puluh tiga, jangan sampai terlewat satu lirik saja! Sudah siap? Sudah! Sekarang pura-pura tidak peduli, makan soto ayammu dengan cara sewajar mungkin! Jangan sampai dia curiga kamu sedang menikmati suaranya! Aih, pegang baik-baik sendokmu! Jangan gemetaran begitu!", sepotong suara muncul dari dalam kepalaku.

Kadang-kadang aku berharap ada pencipta lagu yang bisa menciptakan sebuah lagu yang panjangnya satu jam, lalu akan kurequest pada pengamen favoritku ini untuk menyanyikannya. Aih.

Aku paling suka kalau dia mulai menyanyikan lagu ini, lagu Maliq & D'Essentials ini. Dari situ aku menbak-nebak dia tahu tujuanku datang setiap malam minggu selama dua puluh tiga kali berturut-turut tanpa pernah absen. Semoga ini tidak salah, tidak salah aku suka padamu.
Kemudian dia mulai bernyanyi lagi, soto ayam dalam mangkuk juga sudah habis, hatiku bergetar, malam ini surat cinta ini harus sampai padanya.