Aku, Kau, dan Gerbong Kereta Api

Kamu duduklah denganku, di satu gerbong yang sempit
di dalamnya kita saling bercerita tentang tujuan-tujuan, atau lebih jauh
tentang pemberhentian

Kamu duduklah bersamaku di dekat jendela
di dekatnya kita melihat banyak tempat
pindah dalam sekejap

Kamu duduklah di sampingku
jika mengantuk tersenyumlah lalu sandarkan kepalamu
di pundakku
yang katamu, tempat paling lapang untuk merebahkan kenangan-kenangan

Kamu duduklah denganku
jika lelah diamlah sejenak kita
biar diisi panjang perjalanan bunyi besi dari kaki kereta

Atau duduklah kamu di depanku, atau di belakangku

Yang penting jangan di gerbong yang berbeda
tahu kita, perjalanan panjang dengan satu tujuan
belum tentu ada pertemuan,
apalagi salah satu kita telah turun duluan

(Cerpen) Doni Playboy Angkutan Kota

Sejak masih SMA, Doni dijuluki playboy angkot. Playboy angkutan kota. Meskipun dihadiahi ayahnya sebuah sepeda motor keluaran terbaru, Doni tetap kekeuh naik angkot ke sekolah. Katanya lebih gampang dan hemat bahan bakar, mengurangi pemanasan global katanya. Padahal kita semua tahu, Doni naik angkot karena menurut statistik yang Doni kumpulkan, hampir semua cewek cantik akan menaiki angkot dan ada kurang lebih 43% kemungkinan bertemu dengan salah satu cewek cantik itu - di dalam angkot. Kemungkinan itu akan bertambah besar, jika dia dua kali naik angkot dalam sehari. Pergi - lalu pulang.

Memasuki masa kuliah, Doni sengaja mencari kamar kontrakan yang tidak begitu dekat dengan kampus. Tujuannya apa lagi kalau bukan biar bisa naik angkot? Mengapa angkot? Doni punya alasan yang masuk akal: gampang membuka pembicaraan. Cukup dengan, "Halo, turun di mana?". Gampang kan? Doni pernah mencoba mencari cewek cantik di WC mall, tapi bingung sendiri untuk membuka pembicaraan. Suatu kali ia tanya ke cewek yang ia temui di depan WC mall. Doni bilang, "Sering ke sini?". Si cewek memandang Doni kebingungan, "Nggak juga sih, cuma kalau kebelet". Lalu Doni pulang dengan malu, juga dengan angkot. Di depannya duduk seorang cantik. "Turun di mana?". Itu Doni yang ngomong. "Di Blok M, dekat lapangan", sekarang giliran si cantik yang ngomong. "Oh blok M? Kenal Kang Harijo ga?". Tentu saja Harijo itu cuma nama karangan Doni. Begitulah, Doni playboy angkot. 16 orang mantan dan 1 orang pacarnya yang sekarang semua ketemu di angkot. Beberapa di antaranya ketemu di bus kota.

Doni playboy angkot. Cowok yang romantis dan oportunis. Katanya, apa yang lebih romantis daripada bertemu di perjalanan, ibaratnya menyatukan tujuan. Cih, jijik tapi boleh juga. Doni, Selalu dengan jurus yang sama dan selalu berhasil. Hanya satu kali triknya gagal: tadi pagi. Yaitu di perjalanan dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar menuju Bandara Djuanda Surabaya.

Malam Minggu ke-31

Mentang-mentang rumah baru, Reza tidak pernah lagi ngapel ke rumah. Jangankan setiap malam Minggu, sekalipun ia tidak pernah lagi main ke rumahku.

Sekarang, setiap malam Minggu aku punya kebiasaan baru. Aku akan menyembunyikan sandalku ke dalam rumah, mematikan lampur kamar, lalu pura-pura tidak ada di rumah. Tidak mau aku berpapasan dengan tetangga yang biasanya berduaan di ruang tamu - makan malam bersama atau sekedar ngeteh bersama. Apa saja, yang penting bersama. Mentang-mentang tinggal sekompleks!

Ajakan teman-teman untuk jalan-jalan ke mall, ke bioskop, atau ke tempat keramaian lain selalu kutolak. Pertama, aku tidak selalu suka jalan-jalan. Ke dua, aku takut jika sedang keluar, Reza datang ke rumah.

Begitu seterusnya, sampai malam Minggu ke 28.

"Tidak malam Mingguan?", kata Mira, kakakku sambil berjalan masuk ke kamarku setelah pacarnya pulang. Waktu itu kuingat jam menunjukkan pukul setengah sepuluh. Belum terlalu malam. Kalaupun menurutmu itu sudah terlalu malam untuk pulang, sepertinya Mira tidak terlalu khawatir. Toh rumah pacarnya juga cuma beberapa kilometer. Beberapa menit saja, handphone Mira akan berbunyi. 1 pesan diterima. "Aku sudah sampai rumah". Dari pacarnya.

Mira perlahan menarik selimut yang sengaja kubuat menutupi seluruh tubuhku. Dari balik selimut aku berusaha melawan sehingga jadilah kami bermain tarik tambang mini dan aku menang. Selain sedih, aku malu karena malam itu aku berdandan. Lipstik berwarna merah muda yang sudah kuusap di bibirku sebanyak 28 minggu.

Malam Minggu ke 30.

"Pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah".

Aku ingat waktu Reza masih tinggal di rumahnya yang lama. Tidak pernah absen ia sekalipun setiap malam Minggu. Selalu tepat jam tujuh suara motornya akan terdengar dan aku sudah terbiasa menebaknya. Aku akan menunggunya di depan pintu.

Bukan di dalam kamar. Seperti yang sudah aku lakukan selama 30 malam Minggu.

Long Distance Relationship? Duh!

Malam Minggu ke 31.
"Tak ada malam Mingguan. Malam apapun sama"

Malam itu, aku sudah tidak bisa menahan rindu. Sembunyi-sembunyi kuambil sekop dari gudang. Kupindahkan Reza dari kuburnya lalu kutanam di halaman. Tepat lima langkah dari jendela kamarku.

Tika yang Cantik dan Manis Sekali

Hari itu, Tika cantik sekali. Maksudku Tika selalu cantik, tapi hari itu Tika lebih cantik dari biasanya. Kuduga sengaja. Sengaja tampil cantik biar kugoda. Sengaja minta kugoda agar dia bisa cuek kepadaku.

Hari itu, Tika manis sekali. Bedaknya dari bubuk gulakah? Kukira bukan. Kuduga ada semacam segerombolan lebah yang bersarang di senyumannya dan memproduksi madu di sana. Analogi yang mengerikan. Terdengar pujian, tapi mengerikan.

Hari itu Tika cantik dan manis sekali. Maksudku, kalau dia berdiri di tengah-tengah taman bunga mungkin lebah-lebah akan lebih memilihnya ketimbang bunga-bunga. Meskipun sampai sekarang aku masih berpikir, untuk apa juga dia berdiri di tengah taman bunga?

"Halo, Tika", kusapa ia.
"Halo juga, Tyar!", itu kujawab sendiri.

Tika memang seperti itu. Cuek sejak kali pertama kami bertemu di koridor kampus. Itu yang tidak kusuka darinya. Kuduga ia bukan tipe perempuan yang bertanggung jawab. Ia sudah membikin aku jatuh hati, tidak bisakah ia mempertanggungjawabkan perbuatannya itu?

Tika cuek dan aku bukan tipe laki-laki yang gampang menyerah. Kami serasi.

"Tika! Tika". Kuikuti ia dari belakang. Ia teguh berjalan.

"Tika cantik!". Sengaja kusisipkan kata cantik, supaya ingat ia kalau ia cantik.

"Tikaaaaaaaaaa". Kali ini namanya kupanjangkan.

"Hey, Tika! Aku di belakangmu. Berbaliklah!".

Tika akhirnya berhenti. Geming ia. Yes. Berhasil.

"Berbaliklah! Aku punya sesuatu". Kataku menyogok.

Dalam sejurus Tika sudah berbalik, tangan dan kepalanya di bawah dan kakinya sudah berada di atas. Seimbang. Perempuan keras kepala itu mulai berjalan terbalik menggunakan tangannya. Melanjutkan perjalanannya yang terganggu.

Hari itu Tika tidak hanya lebih cantik dan manis dari biasanya, ia juga lebih keras kepala.

Pemilu

ayo bicara politik!
tentang hiruk pikuknya yang mengusik
dan perdebatannya yang berisik

ayo bicara kampanye
tentang janji menye-menye
yang ujung-ujungnya - kecele

atau bicara visi misi
tentang membangun negeri dari banyak sisi
yang basa basi
toh nanti mati
karena korupsi

ayo bicara siapa harus dipilih
tentang prabowo yang tegas
tentang jokowi yang sederhana
lalu lupa visi misi

Laki-laki Pahit Kopi

Ah kau tahulah. Aku selalu ingin memeluk masa lalu
bersamamu
Mengecup lama-lama pilu
Kau masih suka warna biru?

Ah kau tahulah. Aku selalu ingin memerdekakan rindu
padamu
Mengusir jauh-jauh kelu
Yang peluh penuh

Ah kau tahulah. Padamu Aku selalu ingin mengalungkan janji
Untuk besok kuingkari
Lalu janji lagi

Ah kau tahulah. Padamu aku selalu ingin cemburu menuju
Padamu - Rindu masih mengadu

Puisi yang Lahir dari Kamar Tanpa Jendela

Kata orang puisi selalu lebih dari rangkai kata-kata
Puisi lahir dari perenungan
Dari rahim pengalaman-pengalaman

Kata orang puisi selalu lebih dari rangkai kata-kata
Di kamar tanpa ventilasi dan jendela
Aku kepanasan di dalamnya

Pelajaran Moral: Ketika membangun rumah, perhatikanlah aspek berupa ventilasi dan keluar masuknya udara

Di dalam Kepalaku

Rindu dan cemburu saling berebut bangku

Rindu Kupu-kupu

Sebab kerinduan adalah antonim penyesalan
Kerinduan tidak pernah terlambat datang
Kerinduan adalah kupu-kupu yang hinggap dari pelukan ke pelukan
Ketika kedua tubuh itu melepaskan dekapan
Sayap kupu-kupu merentang
Lalu terbang
Menunggu salah satu pemilik pelukan kembali pulang