Puisi yang Kuterbangkan ke Jendela Kamarmu

Itu adalah dua paragraf puisi yang menggombal. Sekilas serupa puisi yang cacingan karena rupanya dia buncit. Buncit oleh kalimat yang kupilih pilah, dari kata-kata indah dari kamus besar bahasa Indonesia.

Meski sederhana. Puisi cinta itu kubuat sendiri. Tadi malam kuterbangkan ke jendela kamarmu. Harapku kau membacanya. Memeluknya lalu menggantungnya di tembok atau langit-langit kamarmu. Puisi itu memang untukmu. Kutulis dari sebulan yang lalu. Untuk kau baca. Untuk kau perlihatkan ke teman-temanmu jika ada yang berkunjung ke kamarmu.
Katakan padanya puisi itu dariku. Lalu katakan pada mereka bahwa kau begitu menyukainya.

Buka lagi jendela kamarmu, Sayang. Di tanganku masih ada satu puisi lagi.

Hujan yang Turun dari Bulan

Terang sinarnya terang. Bulan yang sedang senang
Sinar memantul di atas percikan yang berkumpul di tengah kota kecil
Kota kecil yang tenggelam
Oleh air dalam kelam, yang Kelam dalam air

Yang dibawanya entah. Dari mana mau ke mana
Hujan yang jengah. Dia turun dari bulan
Dalam hujan yang jengah pun ada kabut
Kabut dari bulan yang kelam
Kelam dalam kabut memenuhi kota

Tenggelam oleh hujan yang turun dari bulan

Cinta itu Tidak Di Dalam Hati

Jangan lagi sekali cari cinta ke dalam hati
Karena dia tidak di dalam hati
Senyumlah pada gambar wajahku
Karena cinta mu memang ada padaku

Bulan. Kawahnya dalam-dalam

Bulan yang legam, kawahnya dalam-dalam
Sinarnya melegam, tertutup awan hitam
Puisi seorang perindu pada bulan yang legam
Karena bulan pecinta bumi paling dalam