Tiga malam yang lalu kudapati tubuhku terbaring tragis. Terkulai diam. Tenggelam tapi bukan dalam gelap malam atau terang siang. Rasanya berbeda. Bukan gelap yang sering melarutkanku dalam kesendirian. Gelap yang lebih dalam dan tak dapat kubahasakan. Sesekali di depan mataku yang masih bisa terbuka hanya tergambar kabut berwarna hijau muda. Persis seperti mimpi ku bertahun-tahun yang lalu, saat masih duduk di bangku SD. Masih kabut hijau dan gelap yang sama. Gelap yang tak kumengerti.
Sesaat kucoba untuk bangun dan teriak. Mataku melihat tapi tak dapat memberi reaksi. Otakku berpikir tapi tak mampu bertindak. Kucoba terbangun tapi tetap terkulai. Sepertinya seluruh bagian dari tubuhku, jantungku telah menyerah. Melawan hati yang masih ingin hidup, masih ingin merasakan hidup. Hatiku sebenarnya telah melemah dan ingin ikut menyerah, tapi ia terlalu takut, takut pada dosa yang masih menyelimuti, malu pada Tuhan yang telah lama ia tinggalkan. Ia memohon untuk tetap hidup, meminta pada jantung agar tak ikut menyerah, tapi ia gagal. Detaknya makin lemah, sesekali kuat dan kencang lalu melemah lagi. Irama tak beraturan. Sakit. Sakit karena musti pergi dengan penyesalan. Kekecewaan.
Lalu Detaknya semakin lemah, kabur, dan akhirnya hilang. Lalu seketika tubuhku berada di bawah permukaan, ingin memanjat dan mendaki naik tapi tak bisa. Aku kemudian menyerah, sudah terlalu takut. Sudah tidak kuat untuk menahan detak di dadaku. Pasrah. Namun di titik terakhir..
Beberapa laki-laki yang tak kukenal melihatku dari permukaan, berbaris rapi, menatapku seakan mereka telah lama mengenalku, tapi tak satupun dari mereka yang kukenal. Aku tak terlalu banyak berharap pada mereka yang di balik kabut hijau yang makin kabur. Siapa yang bisa menghentikan kematian dan membalikkan aku ke dunia atas sana? Pikirku.
Mereka kemudian menatapku dalam, namun yang kuperhatikan hanya satu orang, yang berada di tengah-tengah. Ia yang menatapku paling lama dan dalam. Sesaat kemudian, bibirnya berucap. Suaranya ramah, tapi tegas.
"Kami akan menghidupkanmu"
Aku semakin takut lalu kemudian di tengah keraguan itu, aku terbangun.
No comments:
Post a Comment